BANG DAENG

 


Bang Daeng, lelaki kelahiran Ujungpandang ini,  di KTP tertulis Lahir; Jakarta 1 Juli 1953... aaah biar saja -  punya banyak jejak unik dalam pengkhidmatan dilingkungan JAI. Pemilik nama lengkap AA Daeng Patunru' itu- sempat mengasuh DARSUS- Surat Edaran Khusus- Buletin berkala terbitan JAI di era 1980- 1990 an.

 

Bang Daeng dan Mln.Barus

 

fOTO DEPAN; BANG DAENG NOMER DUA DARI KIRI, DITENGAH TEAM MTA INDONESIA , SAAT MELIPUT JALSAH SALANAH MARKAZ PARUNG - BOGOR 1995 (dok.nks)


Mln. Khaerudin Barus Shd. Pernah tugas di Medan. Saat pertama kali dipindah tugas ke Jakarta, Mln.Barus, begitu Bang Daeng memanggilnya, menemui N.Kukuh, berniat ngajak membuka Pertablighan di Banten. Sontak teringat Bang Daeng yang masih kerja di Kantornya Mas Riky di Kebayoran.

Dengan mobil inventaris dari Ir.Pipip Sumantri, N.Kukuh dan Mln. Barus nyamperin Bang Daeng ke Kebayoran, trus cabut bertiga ke Banten. Dari waktu itulah Pertablighan Banten dimulai, yang membuat Bang Daeng akhirnya jatuh Cinta pada Gadis  Banten, menikahinya, dan kini sudah nambah 4orang anak , serta setia mukim di Pandegelang.

 

Ini cuplikan serie kisah Bang Daeng dan Mln. Barus;

 

Bang Daeng Bawa Bendera, paling kanan belakang, masih bersama TEAM MTA Indonesia - dalam liputan Jalsah Salanah 1995 - Markaz Bogor (dok.nks)

Suatu hari di thn 1994 ada Jalsah Parung. Tumpah ruah jemaat dari berbagai pelosok Nusantara. Bahkan dari negeri tetangga, Malaysia dan Singapura.

 

1995 PUSDIK MUBARAK- JALSAH SALANAH..πŸ˜€Mas Kukuh duduk depan pakai rompi (Dir MTA Seksi Indonesia). Paling kanan belakang pegang bendera Jemaat ngacung tanganπŸ˜€, Rahim A.A. Daeng Patunru, MTA pndkan pers. Depan tengah topi hitam, Kang Solihin (asal MKAI Manislor) cameraman MTA. Yusja Hasyim Alm belakang Solihin..😌

  (Catatan Bang Daeng WAG 18okt22)πŸ˜€πŸ™


Setelah penutupan di Minggu  sore menjelang magrib itu, berkumpullah rombongan dari Singapura dekat ruang makan jamiah tidak jauh dari pagar. Di sana ada Mlna Barus bersama bberapa delegasi Singapura. Tiba2 Mlna Barus manggil saya utuk  gabung rombongan.

 

"Rahim," kata Mlna Barus kpd saya. "Ini ada Bapak kita, duda dari Singapura minta di cariin jodoh dan akan dibawa pulang ke Singapura setelah Jalsah. Urusan darurat termasuk yang begini begini, Rahimlah pakarnya. Kata beliau kpd semua rombongan. Dan disambut ketawa riuh.

"Siap, Mlna Sahib. Segera dilaksanakan', kata saya kpd Mlna Barus.

 

Insya Allah akan beres, kata Mlna Barus kpd Bpk Ansor Singapura yang berniat akan menikah itu.

Sebelum berpisah saya berbisik ke Mlna Barus menanyakan apa keperluannya gadis atau janda, kemuadian Mlna Barus berbisik juga kpd Ansor Singapura kita. Janda saja tapi yang masih muda yang bisa merawat saya. Sambil berbisik pesan itu sampai ke saya.

 

Radar saya berputar sekitar 15 menit. Sasaran sdh ketemu. Dua orang Khuddam saya suruh cari secepatnya Kohar (kakanset PB) dgn pesan, krahim akan ketemu magrib ini juga. Belum iqomat sholat magrib Kohar datang.

 

Har? Pulang sekarang ke Cisalada bilang ke Abah Sahiran  dan Emma dan Teh Idat bahwa, besok jam 10 pagi akan datang rombongan dari Singapur utuk melamar Teh Idat. Dan menikah di Cisalada seterusnya akan dibawa ke Singapura setelah Jalsah.

"Siap Kak" kata Kohar dan melesat lah beliau ke Cisalada setelah solat magrib.

 

Jam 10 malam itu juga Kohar datang menemui saya di Pos Keamanan.

"Siap Eksekusi Kak". Beres. Kata Kohar.

Malam itu saya lapor ke Mln. Barus dan mengkopi ucapan Kohar. "Siap Eksekusi Mlna Shb".

Beliau hanya senyum2 dan pergi ke penginapan rombongan Singapura.

 

Gempar delegasi. Secepat itukah?

 

Besoknya setengah percaya delegasi berangkat ke Cisalada dgn Mlna Barus dan Kohar. Saya sampaikan bahwa masih banyak pekerjaan Jalsah yang blm selesai yg tidak memungkinkan saya ikut.

Alhamdulillah acara selesai hari minggunya dan langsung siap2 ke Singapura.

 

Depan Mesjid Markaz , di Parung, Teh Idat lari ke depan pos keamanan sambil nangis. "Kang Rahim menjodohkan saya dgn Kak Ridwan Imlan, meninggal muda dgn anak 2. Ini menjodohkan saya lagi Jemaat tua. Bakal saya ditinggal lagi. Yang muda aja cepet pergi apalagi yang tua. Nangis dgn kepala dipundak saya sambil "mukulin".

Belajarlah ihlas akan sebuah takdir langit, kata saya.

Dan Idatpun pergi dgn rombongan ke negeri seberang.

 

31 thn berlalu saya tidak pernah ketemu hingga hari ini.

 


Alhamdulillah postingan Mubarik yg bercerita ttg Anak Idat dgn Bpk Ansarullah Singapura itu manjadikan air mata ini tak terbendung.

 

MAHA BAIK ALLAH TAALA YANG MENGAWAL TERWUJUDNYA NIAT2 MULIA...😭


 

Mas Barik berkomentar 18okt22 di WAG begini;  Masya Allah

Menitik air mata ini membacanya.

Seolah masih terasa seperti kemarin…..

 

 

Bang Daeng dan Ir. Tsaqip

 

Selain Bang Daeng, awalun Jemaat dari Ujungpandang ada nama-nama; K.Umar Muhammad (alm), Muhtar Makmur - Sekr Maal JAI Jakrta(alm), Mln.Abdus Sattar Mbsy- dulu pernah Tugas di Singaparna, Salatiga trus ke Fiji- di Pasific sono, dan  sekarang, 2022, masih di Kuala Lumpr- Malaysia. Nah yang agak lama di Jakarta ada Ir.Abdurahman Tsaqib. Pak Tsaqib, begitu dia biasa dipanggil, Kerja di AMOSEAS International - Jakarta, sebuah Perusahaan Minyak Asing. Pak Tsaqib juga sempat Menjabat sebagai Sekretaris Audio Visual PB JAI (Sami wa Basri) di tahun 1980an- dan Asisten Audio Visual nya N.Kukuh.


Ini beberapa Kenangan Bang Daeng dengan pak Tsaqib yang jadi bahan obrolan di WAG  Oktober 2022;

Masih adakah Pak Ir.Abduracman Saqib alumni Teknik Perminyakan ITB. Jumpa beliau pertama kali di Manado th 1998 an. Cerita kang Yayat.

Dan sempat ketemu 2 putra putri beliau di Wanasigra waktu itu.

 

Sdh berpulang ke Rahmatullah sekitar sepuluh tahun silam di Jakarta..., sahut Bang Daeng -di WAG 18okt22

 

Masya Allah. Semoga Allah SWT memberkati keturunan Bang Tzaqib Awwalun Jemaat Makassar. Smga doa2 beliau semasa hidup dikabulkan oleh Allah SWT di atas segala keridhoanNya.

 

Belia punya anak 2 dari pernikahan dgn putri Mlna Abdul Wahid HA (Ceu Ine Mustikasari/ Amaturrahim) semua putri. Ada putra satu  dari pernikahan kedua Alm dgn Lajnah Jakarta bbrapa tahun sebelum berpulang ke Rahmatullah...πŸ™

 

 

Mungkin yg wakaf now adalah anak terakhir beliau yg putra itu. Ke Ijtima Wakaf kemungkinan besar diantar oleh kedua kakaknya...πŸ™

 

iya punya dua putri namanya teh rani dan teh hana

 

Sudah jadi dokter kedua anak wanitanya,yang tinggal di jln kedondong Ciledug. Ada yang tgs di Klinik AL-Wahid Peninggilan.

 

Yang bertama (?) Dokter yah? Perna lama praktek di Medan (?)dokter gigi

 

Kalau yang sekolah di ARH. Anak isteri keduanya... Orang Padang tinggal di Tanah tinggi Jakpus. kata aktivis ARH

 

Seingat saya tidak ada anak beliau yang wakaf now. Seabad Jemaat 1989 kedua anak beliau sdh besar2. Sdh SD. ARH juga seingat saya berdiri setelah setelah Peringatan Seabad (1889-1989).

 

Atau mungkin dari istrinya yang ke 2 kali ya.

Soal menurut pengakuan Putra putri nya mereka anak nya Ir.Abdurachman Saqiib- Oh iya itu maksudnya

 

 

 

Smga barokah kehidupan keturunan mulia beliau utuk masa yang panjang ke hari depan...insya Allah. Amin..πŸ™

Ibu Latifah namanya ..istri kedua

 

Waktu beli tanah masjid JAI Al misbah Bekasi ..utu pakai nama Alm.Abdurahman Saqib..beliau aktif disana ..sampai menikah dgn Bu Latifah dan tinggal di Jakarta Pusat .

Sy rasa sertifikat masjid Al misbah Bekasi masih a/n Abdurahman Saqib sampai sekarang...

 

ya betul sekali... malahan pak saqib punya rumah juga dekat mesjid Al misbah tetapi sayang rumahnya skrng terbengkalai dan rumahnya sdh dihancur...

 

Almarhum bang Saqib dgn istri kedua  ibu latifah mempunyai anak 2.

Yg pertama  laki laki  sekolah di ARH.

Yg kedua  perempuan baru masuk  Al wahid.

 

Beliau nikah di Al misbah.

Kemudian kontrak di rumah ibu saya ( ibu ilyas ) tanah Tinggi Jakarta pusat, tutur Aktivis ARH

 

Orang tua ibu latifah adalah awalin Jakarta Pusat..

 

Ibu latifah masih sering komunikasi dgn ibu saya ( ibu ilyas ).

Bersambung..........

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar